Pendapatan adalah jumlah uang
yang diterima oleh perusahaan dari aktivitasnya, kebanyakan dari penjualan
produk dan/atau jasa kepada pelanggan. Bagi investor, pendapatan kurang penting
dibanding keuntungan, yang merupakan jumlah uang yang diterima setelah
dikurangi pengeluaran. Pertumbuhan pendapatan merupakan indikator penting dari
penerimaan pasar dari produk dan jasa perusahaan tersebut. Pertumbuhan
pendapatan yang konsisten, dan juga pertumbuhan keuntungan, dianggap penting
bagi perusahaan yang dijual ke publik melalui saham untuk menarik investor.
Konsep Pendapatan secara garis
besar dapat ditinjau dari dua segi, antara lain :
- Menurut Ilmu Ekonomi
Merupakan nilai
maksimum yang dapat dikonsumsi oleh seseorang dalam suatu periode dengan
mengharapkan keadaan yang sama pada akhir periode seperti keadaan semula.
- Menurut Ilmu Akuntansi
Kegiatan
perusahaan yang menghasilkan kenaikan aktiva atau pengurangan hutang dan yang
dapat merubah modal pemiliknya. Keseluruhan kegiatan perusahaan itu terdiri
dari kegiatan utama dan kegiatan lain diluar kegiatan utama
B. Apa
yang anda ketahui dengan Metode Perhitungan Pendapatan Nasional ?
Pendapatan negara dapat dihitung
dengan tiga pendekatan, yaitu:
- Pendekatan pendapatan, dengan cara menjumlahkan seluruh pendapatan (upah, sewa, bunga, dan laba) yang diterima rumah tangga konsumsi dalam suatu negara selama satu periode tertentu sebagai imbalan atas faktor-faktor produksi yang diberikan kepada perusahaan.
- Pendekatan produksi, dengan cara menjumlahkan nilai seluruh produk yang dihasilkan suatu negara dari bidang industri, agraris, ekstraktif, jasa, dan niaga selama satu periode tertentu. Nilai produk yang dihitung dengan pendekatan ini adalah nilai jasa dan barang jadi (bukan bahan mentah atau barang setengah jadi).
- Pendekatan pengeluaran, dengan cara menghitung jumlah seluruh pengeluaran untuk membeli barang dan jasa yang diproduksi dalam suatu negara selama satu periode tertentu. Perhitungan dengan pendekatan ini dilakukan dengan menghitung pengeluaran yang dilakukan oleh empat pelaku kegiatan ekonomi negara, yaitu: Rumah tangga (Consumption), pemerintah (Government), pengeluaran investasi (Investment), dan selisih antara nilai ekspor dikurangi impor (X-M)
Rumus menghitung pertumbuhan
ekonomi adalah sebagai berikut :
g = {(PDBs-PDBk)/PDBk} x 100%
g = tingkat pertumbuhan ekonomi
PDBs = PDB riil tahun sekarang PDBk = PDB riil tahun kemarin
Contoh soal :
PDB Indonesia tahun 2008 = Rp.
467 triliun, sedangkan PDB pada tahun 2007 adalah = Rp. 420 triliun. Maka
berapakah tingkat pertumbuhan ekonomi pada tahun 2008 jika diasumsikan harga
tahun dasarnya berada pada tahun 2007 ?
jawab :
g =
{(467-420)/420}x100% = 11,19%
Masalah dan Keterbatasan
Perhitungan PDB :
a. Perhitungan PDB dan Analisa Kemakmuran
Perhitungan PDB akan memberikan
gambaran ringkas tentang tingkat kemakmuran suatu negara, dengan cara
membaginya dengan jumlah penduduk (disebut PDB per kapita). Menurut PBB, sebuah
negara dikatakan miskin bila PDB per kapitanya lebih kecil daripada US$ 450,00.
Berdasarkan standar ini, maka sebagian besar negara-negara di dunia adalah
negara miskin. Suatu negara dikatakan makmur/kaya bila PDB perkapita lebih
besar daripada US$ 800. Kelemahan dari pendekatan di atas adalah tidak
memperhatikan aspek distribusi pendapatan. Akibatnya angka PDB per kapita
kurang memberikan gambaran rinci tentang kondisi kemakmuran suatu negara. Misalnya,
walaupun Amerika Serikat yang PDB perkapitanya US$ 29.080 (tahun 1997), namun
negara itu masih terus bergelut dengan masalah kemiskinan dan pengangguran,
terutama di kalangan warga kulit hitam ataupun pendatang (kulit berwarna).
Bahkan secara absolut tampaknya jumlah penduduk miskin di Amerika serikat akan
bertambah.
Faktor utama pemicu gejala di
atas adalah masalah distribusi pendapatan.
Walaupun distribusi pendapatan di
USA relatif baik, tetapi belum sempurna untuk membuat seluruh penduduknya menjadi
makmur. Bahkan untuk faktor produksi non tenaga kerja, terutama uang dan modal,
distribusi penguasaannya sangat buruk. Pada tahun 1996, sekitar 46% aset
finansial dikuasai hanya oleh sekitar 1%
penduduk.
b. Perhitungan PDB dan Masalah
Kesejahteraan Sosial
Umumnya ukuran tingkat
kesejahteraan yang dipakai adalah tingkat pendidikan, kesehatan dan gizi,
kebebasan memilih pekerjaan dan jaminan masa depan yang lebih baik. Ada
hubungan yang positif antara tingkat PDB per kapita dengan tingkat
kesejahteraan sosial. Makin tinggi PDB per kapita, tingkat kesejahteraan sosial
makin membaik. Hubungan ini dapat dijelaskan dengan menggunakan logika
sederhana. Jika PDB per kapita mkin tinggi, maka daya beli masyarakat,
kesempatan kerja serta masa depan perekonomian makin membaik. Sehingga gizi,
kesehatan, pendidikan, kebebabasan memilih pekerjaan dan jaminan masa depan,
kondisinya makin meningkat. Tapi dengan catatan, peningkatan PDB per kapita
disertai perbaikan distribusi pendapatan.
Masalah mendasar dalam
perhitungan PDB adalah tidak diperhatikannya dimensi nonmaterial. Sebab PDB
hanya menghitung output yang dianggap memenuhi kebutuhan fisik/ materi yang
dapat diukur dengan nilai uang. Sedangkan output yang tidak terukur dengan
uang, misalnya ketenangan batin yang diperoleh dengan menyandarkan hidup pada
norma-norma agama/spiritual tidak dihitung. Sebab, dalam kenyataannya
kebahagiaan tidak hanya ditentukan oleh tingkat kemakmuran, tetapi juga
ketenangan batin. Jadi kita tidak bisa serta merta mengatakan bahwa kesejahteraan
sosial di negara-negara kaya(Amerika Serikat dan Jepang) adalah jauh lebih baik
dibanding di negara-negara miskin (misal Bhutan dan Nepal). Karena, tingkat
kejahatan dan tingkat bunuh diri di negara-negara kaya tersebut lebih tinggi di
banding negara-negara miskin.
c. PDB Per Kapita dan Masalah
Produktivitas
Untuk memperoleh perbandingan
produktivitas antar negara, ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan:
1) Jumlah dan komposisi penduduk : Bila
jumlah penduduk makin besar, komposisi-nya sebagian besar adalah penduduk usia
kerja (15-64 tahun) dan berpendidikan tinggi (> SLA), maka tingkat output
dan produktivitasnya dapat makin baik.
2) Jumlah dan struktur kesempatan kerja :
Jumlah kesempatan kerja yang
makin besar memperbanyak penduduk usia kerja yang dapat terlibat dalam proses
produksi. Tetapi komposisi kerja pun mempengaruhi tingkat produktivitas.
Sekalipun kesempatan kerja sangat besar, tetapi semuanya adalah kesempatan
kerja sektor pertanian, produktivitas pekerja juga tidak tinggi. Sebab sektor
pertanian umumnya memiliki nilai tambah yang rendah. Jika kesempatan kerja yang
dominan berasal dari sektor kegiatan ekonomi modern (industri dan jasa), maka
output per pekerja akan relatif tinggi, karena nilai tambah kedua sektor tersebut
amat tinggi.
3) Faktor-faktor nonekonomi :
Yang tercakup dalam faktor-faktor
nonekonomi antara lain etika kerja, tata nilai, faktor kebudayaan dan sejarah
perkembangan. Jepang pantas menjadi negara yang produktif sebab selain jumlah
penduduk yang banyak, berpendidikan tinggi dan umumnya bekerja di sektor
modern, mereka juga memiliki etika kerja yang baik, menjujung tinggi kejujuran
dan penghargaan tergadap senior. Dan Jepang juga merupakan negara yang selama
kurang lebih 3.000 tahun terus menerus membangun dirinya menjadi bangsa modern,
walaupun pembangunan ekonomi modernnya baru dimulai dua abad yang lalu.
d. Penghitungan PDB dan
Kegiatan-kegiatan Ekonomi Tak Tercatat (Underground Economi)
Angka
statistik PDB Indonesia yang dilaporkan oleh Badan Pusat Statistik hanya
mencatat kegiatan-kegiatan ekonomi formal. Karena itu, statistik PDB belum
mencerminkan seluruh aktivitas perekonomian suatu negara. Misalnya, upah
pembantu rumah tangga di Indonesia tidak tercatat. Begitu juga dengan kegiatan
petani buah yang langsung menjual produknya ke pasar. Di negara-negara
berkembang, keterbatasan kemampuan pencatatan lebih disebabkan oleh kelemahan
administratif dan struktur kegiatan ekonomi masih didominasi oleh kegiatan
pertanian dan informal. Tetapi di negara-negara maju, kebanyakan kegiatan
ekonomi yang tak tercatat disebabkan oleh karena kegiatan tersebut merupakan
kegiatan ilegal atau melawan hukum. Padahal, nilai transaksinya sangat besar.
Misalnya, kegiatan penjualan obat bius dan obat-obat terlarang lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar